Sunday 2 June 2013

I got married on 20th April 2013 - Tagalak and Pengajian (1)


I got married on 20th April 2013.

The journey towards it was drama-packed, emotionally-drained, and physically demanding. Yet it was filled with so many heartwarming moments that I feel it is bordering to a sin if I do not give those moments a chance to become captured memories. 

However, I found blogging an entry with inserting pictures is such a challenge! So I have to divide this entry into parts per events. So here goes:

Like most Indonesian wedding, it comprised series of events, and months of wedding-planning. My favorite part of it is mediating the different values between our families. Yes,I’m joking, of course. It was a merger of value-hugging Minang family (a slither away from primordialism, in my most honest opinion), and hard-core, planning-nazi Javanesse family. Difficult, yes, but we were up for the challenge of honoring each culture and strived to have it reflected throughout the events. It was a sweet merging of the two cultural worlds, and I would never trade it for the world.

Looking back, if it weren't for hearts that surpassed egos, faith that surpassed principle, and strength over what-ifs, our newly bought Mazda's license place of B 204 BHX (stands for the Birmingham, UK, International Airport - we met during our study in the city), would be such a waste of money.



TAGALAK - “Ketek banamo, gadang bagala"
13th April 2013

Tagalak means 'Pemberian Gelar' or bestowing title, a Minang tradition, for a grown up male member of the tribe (signified by his entrance to marraige). The 'gala' (title) are passed from Ninik Mamak (the brother of one's mother) to their nephews. The particular selection of the 'gala' must be based on consensus of existing Mamak(s). It is possible for a grown Minang male to obtain 'gala' from his father's side (this is called the 'Pusako Bako'). What is culturally forbidden is for one to obtain 'gala' from his wife-to-be's tribe. 

Sutan Marajo on the pedestal

The ceremony was interesting where traditionally, the elders of the tribes and the rest of the male gathered around a selection of dishes, bananas, etc and ‘discussed’ what ‘gala’ to be given. Once given, the groom-to-be is inaugurated on his familiarity on being called with the ‘gala’. My husband’s is Sutan Marajo. Traditionally, the inauguration could last for hours where the groom must call out “Yo, Ambo”, or “yes, that would be me’ every time he is called. My husband could only last ten minutes before turning sour.

Sharing the dish
"Yo, Ambo"
Mamak dividing the ultimate dish: Sticky rice with marinated whole chicken and eggs. The tradition was everyone in the room must have a share. It was delicious!




PENGAJIAN 
19th April 2013

Pengajian means ‘citing the holy Qur’an collectively’. Each might have different definition on what the event serves. To me, it is an event where it does not only feeds spirituality, but also a chance to collectively shared our gratitude and humility of fortunes given. The tradition is to have it at the bride-to-be’s house, in which we invited neighbours and family relatives. It is a habit in our family to utilize this opportunity for a dialogue between me and my parents, unveiling heartfelt message to one another. In retrospect, it was bizarre how such intimate moment was shared amongst so many guests (we had around 200 guests coming for the event), but at the moment, the world was only me and my parents. 



Ungkapan kasih kepada Ibunda

Papa mama, ayah ibu, penghuni rumah dan seluruh keluarga dan sahabat yang anggie sayangi:
Perkenankan anggie mengucapkan rasa terima kasih anggie yang teramat sangat, atas kasih, dukungan dan kebaikan hati yang anggie rasakan dan syukuri.
Insya Allah, niat kita semua utk berbagi kebahagiaan dengan kerabat dan rekan, diridhoi oleh Allah SWT.Insya Allah, kebaikan dan kebesaran hati ini dapat Anggie dan Dhani balas semampu kami.
Untuk Papa dan Mama yang sangat Anggie sayangi, perkenankan Anggie mengucapkan beberapa hal.
Betapa Anggie bangga menjadi anak Papa dan Mama.
Selama 31 tahun, Anggie dibesarkan dan diberikan kebahagiaan lahir bathin serta kemudahan utk meraih ilmu.
Papa dan Mama mengajarkan bahwa rezeki adalah titipan,  harus selalu kita sisihkan bagi yang berhak. Papa dan Mama mengajarkan bahwa ilmu dan waktu hidup harus diamalkan dan dibuat semanfaat mungkin. 
Papa dan Mama memberi teladan bagaimana mengasihi dengan tulus dan penuh kekuatan. 
Papa dan Mama mendidik Anggie utk dapat menemukan nilai-nilai Anggie sendiri.
Dengan sabar Papa dan Mama membiarkan Anggie berkembang.
Tak sempurna, banyak kekurangan, namun inilah anandamu.
Untuk menjadi anak kebanggaan Papa dan Mama, adalah motivasi Anggie untuk terus menjadi lebih baik. Insya Allah, Anggie harap terdapat waktu-waktu dalam hidup Anggie dimana hal tersebut tercapai.
Papa dan Mama, insya Allah Anggie akhirnya berani untuk menikah.
Insya Allah siap, insya Allah siap.
Mohon doa restu mengiringi langkah baru ini.
Tantangan baru yang lama menjadi kecemasan bagi Anggie. Namun insya Allah, Anggie menemukan Dhani, ayah, ibu dan keluarga baru yang Anggie yakin memahami dan akan memahami Anggie yang tidak sempurna.
Dengan kekuatan ini, Anggie melangkah menuju tantangan baru: untuk menjadi istri yang dibanggakan suami, anak yg dibanggakan ayah-ibu serta dengan ridho Allah, ibu yang dibanggakan anaknya.
Papa dan Mama, berlimpah yang sudah diberikan bagi Anggie. 
Anggie mohon ampun apabila balasan Anggie tidak seimbang. 
Insya Allah Anggie masih diberi kesempatan untuk menjadi anak yg lebih membanggakan papa-mama.
Dengan ini, Anggie mohon pamit untuk menempuh tantangan baru bersama Dhani. Insya Allah tidak hilang, namun bertambah. Amien, amien. 
Dengan penuh cinta, anandamu Anggie.

Ungkapan kasih kepada Anggie
Dialogue between me and my mother.
Bismillahhirohmanirohim
Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT, sudilah kiranya memberikan waktu kepada kami untuk menyampaikan ungkapan kasih sayang kepada Anggie.
Tiada cukup kata yang mampu mengungkapkan rasa syukur kami kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan KaruniaNYA yang tiada putus tercurah kepada kami berupa; umur, kesehatan, rizki dan yang paling istimewa adalah Dia telah menganugerahkan kau kepada kami, sebagai amanah yang harus kami jaga, pelihara dan didik dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.
Kini tiba waktunya kami akan melepasmu untuk membentuk keluarga sendiri bersama pria pilihan hatimu; Muhammad Nur Ramadhani atau Dhani. In syaa Allah semoga tiada aral melintang esok; Sabtu, 21 April 2013 akan terpenuhi niatmu untuk meresmikan hubungan kalian sesuai syariat Islam.
Mbak Anggie yang kami sayangi,
Pernikahan dalam Islam bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan naluri insan semata, tetapi ia mempunyai nilai-nilai yang suci dan sakral sebagai ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT, disamping memenuhi Sunnah Rasul Nabi Muhammad SAW.
Berumah tangga bak mengarungi samudra luas yang tiada bertepi. Karang nan tajam mungkin menghadang, penuh ujian dan cobaan. Sudah banyak nasehat yang kami berikan serta contoh yang kami perlihatkan dalam berumah tangga.  Dahulukan kewajiban daripada hak. Jika kewajiban telah kau tunaikan dengan penuh tanggung jawab, in syaa Allah hak akan kau dapatkan tanpa perlu menuntut.
Jadilah istri yang setia, berakhlak mulia, jujur, sabar, dewasa, selalu menjaga kehormatan diri dan suami, serta tetap tegar menghadapai segala tantangan hidup. Terimalah suamimu dengan segala kelebihan dan kekurangannya, in syaa Allah kebahagiaan yang hakiki akan kau peroleh, menciptakan satu rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah, Warohmah.
Mbak Anggie sayang,
Pada kesempatan ini Mama dan Papa ingin mengucapkan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam karena kau telah berusaha menjadi si sulung yang bertanggung jawab, berprestasi, dan membanggakan keluarga.
Layaknya manusia biasa, kamipun tak luput dari kesalahan dan kekhilafan selama mendidikmu. Namun yakinlah bahwa semua itu kami lakukan atas dasar cinta. Hendaknya kau berlapang dada, berbaik sangka, ikhlas dan ridho untuk memaafkan Mama dan Papa serta mengambil hikmah dari padanya. Semoga kesediaanmu memaafkan kami akan menjadi wasilah ringannya hisab kami manakala menghadap kehadirat Illahi Rabbi nanti.
Kamipun telah memaafkan segala kekeliruan dan kekhilafanmu. Semoga dengan ridho kami maka ridho pula Allah SWT terhadap dirimu dengan melimpahkan segala rahmat karuniaNYA, aamiin.
Sebagai wujud keridhoan dan keikhlasan kami melepasmu mengarungi mahligai rumah tangga, pada hari ini Mama dan Papa bersama kerabat, sanak saudara dan para pini sepuh  berdzikir dengan melantunkan kalimat-kalimat thoyyibah seraya memanjatkan do’a kehadirat Allah SWT agar seluruh rangkaian upacara pernikahanmu dan Dhani berjalan dengan lancar tiada halangan suatu apapun. Semoga rumah tangga kalian kelak langgeng dan lestari, selanggeng rumah tangga Adam dan Hawa, sepenuh cinta kasih rumah tangga Nabi Yusuf dan Zulaikha, seberkah rumah tangga Nabi Muhammad SAW.

Amiin Ya Robbal’Aalamiin.Wabillahi Taufik Wal Hidayah
          Wassalamualaikum Wr .Wb. Mama-Papa

No comments:

Post a Comment